Nenek moyang semua ayam di dunia berasal dari Asia Tenggara

Para ilmuwan di Universitas New England, Australia yakin seluruh ayam di dunia berasal dari Asia Tenggara. Mereka menggunakan Mithocondrial DNA sebagai dasar penelitian. Berbagai sampel DNA ayam dikumpulkan dari berbagai relik kerangka ayam di berbagai lokasi seperti Thailand, Eropa, Florida, Pasifik, dan Republik Dominika.

Peneliti Dr Allison Storey mengatakan pada Telegraph.co.uk (27/07) bahwa sebenarnya sangat sulit mendeteksi adanya kesamaan pada DNA ayam tersebut. Proses penyebaran dan domestikasi yang terjadi lebih dari 5400 tahun menjadi penyebabnya. Setiap ayam menempati daerah baru, ayam tersebut akan beradaptasi dan berevolusi.

Namun demikian, para ahli berhasil mengetahui satu pola di DNA yang sama dari berbagai sampel DNA tersebut. Dengan itu, mereka juga menyatakan nenek moyang dari seluruh ayam di dunia berasal dari suatu tempat di Asia Tenggara.

Penelitian tentang asal usul ayam ini memiliki makna penting. Dengan mengerti pola penyebaran ayam, para ilmuwan dapat mengetahui pola migrasi manusia, pertukaran kebudayaan yang terjadi dan jalur perdagangan yang ada masa lampau. Penelitian ini dilaporkan pada jurnal PLos ONE.

Sumber: merdeka | Berita Terbaru

Pakde Karwo imbau tak sweeping selama Ramadan

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan sweeping tempat hiburan malam selama Ramadan 1433 Hijriah. Hal ini bertujuan untuk menciptakan situasi yang kondusif.

“Kami harapkan tidak ada sweeping. Juga tidak ada konvoi untuk mengingatkan masyarakat untuk menghormati bulan suci Ramadan,” terang Ketua MUI Jawa Timur, KH Abdussomad Bukhori, Kamis (19/7).

Untuk itu, pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan semua organisasi masyarakat di Jawa Timur, agar tidak ada yang kembali turun ke jalan, termasuk Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur.

“Insya Allah di Jatim tidak akan ada lagi yang turun ke jalan. Kami segera berkoordinasi dalam waktu dekat ini,” katanya.

Hanya saja, pihaknya juga meminta kepada masyarakat agar menghormati bulan puasa. “Bagi pengelola hiburan malam harus menutup tempat usahanya, para penjual makanan juga harus bisa menempatkan situasi.”

Senada dengan MUI, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo juga mengimbau semua elemen masyarakat maupun ormas Islam di Jawa Timur untuk tidak melakukan sweeping ke tempat hiburan selama Ramadan.

“Kami sudah menyerahkannya kepada aparat. Kalau tetap ada yang melanggar aturan beroperasi dan membuka tempat usahanya pada bulan Ramadan, sampaikan dan akan ditindaklanjuti oleh aparat,” tandasnya.

Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini juga mengingatkan, Indonesia ini adalah negara hukum dan semua sudah diatur dalam ketentuan perundang-undangan resmi.

“Jika tetap ada yang melanggar maka akan ditangani oleh aparat penegak hukum,” pungkas dia tegas.

Sumber: merdeka | Berita Terbaru

Ledjie Taq, Penggerak Komunitas Wehea

Ambrosius Harto Manumoyoso [ kompas.com,  11 September 2009 ] Hutan Lindung Wehea seluas 38.000 hektar di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, telah mengharumkan komunitas Dayak Wehea sampai ke tingkat nasional dan internasional. Sukses itu sebenarnya tidak terlepas dari kegigihan Ledjie Taq, Kepala Adat Desa Nehas Liah Bing, untuk mengangkat kehormatan dan martabat warga Wehea.  Komunitas Wehea diyakini sebagai pemukim awal di antara warga Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur. Desa Nehas Liah Bing diakui kalangan Wehea sebagai desa tertua di antara enam desa komunitas itu di Muara Wahau. Di desa itulah Ledjie Taq mengabdikan hidupnya sebagai guru sekolah dasar, peladang, kepala adat, suami Valensia Lenyie, serta bapak dari satu anak laki- laki dan tiga anak perempuan. Lanjutkan membaca “Ledjie Taq, Penggerak Komunitas Wehea”

Lapian, 80 Tahun Nakhoda Sejarah Kelautan

Mulyawan Karim [ kompas.com,  2 September 2009 ] Selasa, 1 September ini, sejarawan Prof Dr Adrian Bernard Lapian genap berusia 80 tahun. Dalam usia senja, lelaki ini masih berbicara dengan jelas dan runut. Ia mampu mencari sendiri di rak bukunya beberapa pustaka dan majalah yang pernah memuat tulisan tentang dirinya. Salah satunya, Itinerario, jurnal sejarah maritim Belanda, yang lima tahun lalu memuat hasil wawancara dengannya. Lanjutkan membaca “Lapian, 80 Tahun Nakhoda Sejarah Kelautan”

Peluang Investasi Orang Kota, Peluang Usaha Orang Desa

[ kompas.com  Minggu, 13 September 2009] Banyak peluang usaha yang berserakan di sekitar kita. Cerita tentang limbah jadi harta melimpah sudah banyak kita dengar. Tetapi dari sekian banyak potensi itu tulisan ini akan bicara tentang potensi luar biasa dari kelinci. Jangan dibayangkan kelinci yang dimaksud adalah kelinci kampung yang kurus-kurus dan hidup dipelihara petani secara tradisional, melainkan kelinci jenis impor yang memiliki beragam jenis tubuh; mulai yang kerdil (berbobot 7 ons) hingga kelinci jumbo (berbobot 6-8 Kg). Sekarang ini di Indonesia sudah banyak ragam jenis kelinci asing yang berkembang. Sebagian untuk piaraan (hobies) sebagaian untuk tujuan penghasil daging berkualitas. Lanjutkan membaca “Peluang Investasi Orang Kota, Peluang Usaha Orang Desa”

Mengapling Laut Menggusur Nelayan?

[ kompas.com  Sabtu, 12 September 2009 ] Hak pengusahaan perairan pesisir (HP3) disayang, tetapi juga ditentang. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN mendesak pemerintah agar segera melaksanakan UU No 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.   Bagi mereka, UU tersebut melindungi kepentingan masyarakat adat karena mengakui hak masyarakat adat atas perairan pesisir sebagai HP3 (Deklarasi Sinar Resmi, Sukabumi, 8 Agustus 2009). Sebaliknya, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) justru meminta agar UU No 27/2007 dicabut karena mengapling laut dan menggusur nelayan (Kompas, 21 Agustus 2009). Lanjutkan membaca “Mengapling Laut Menggusur Nelayan?”

Masyarakat Tengger di Bromo Laksanakan Upacara “Piodalan”

FX LAKSANA AGUNG [ kompas.com  Sabtu, 5 September 2009 | 03:14 WIB ] PASURUAN,  Masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo, Jawa Timur, Jumat melaksanakan upacara “piodalan” di Pura Luhur Kahyangan, Poten di lautan pasir kaldera Gunung Bromo.  Upacara piodalan merupakan upacara ulang tahun Pura Luhur Kahyangan di Poten yang dilaksanakan bertepatan dengan purnama Kasada berdasar hitungan kalender Tengger. Lanjutkan membaca “Masyarakat Tengger di Bromo Laksanakan Upacara “Piodalan””

Konvensi Adat Serdang Diluncurkan

[ kompas.com  Senin, 27 Juli 2009 | 18:07 WIB ]  MEDAN,  Kesultanan Serdang yang terletak di wilayah Sumatera Utara (Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai) meluncurkan buku konvensi adat budaya Melayu Serdang. Konvensi adat yang pertama kali diterbit kan ini diluncurkan dalam acara Perhelatan Agung ke-2 Adat Kesultanan Negeri Serdang di Medan, Senin (27/7) malam. “Kami meluncurkan buku ini untuk menyelamatkan aset budaya Melayu Serdang. Semua hasil konvensi adat kami daftarkan untuk mendapat pengesahan dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia,” tutur Kepala Adat Kesultanan Serdang, Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, saat ditemui. Lanjutkan membaca “Konvensi Adat Serdang Diluncurkan”

Samsuri, Seniman “Kentrung” Demak

WINARTO HERUSANSONO [ kompas.com Jumat, 4 September 2009 | 01:46 WIB ] Rekor penonton seni kentrung pecah tahun 2008, saat Mochammad Samsuri manggung tunggal di pentas Demak Art Festival di Tembiring, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Ketika itu ribuan penonton asyik menyimak gaya Samsuri bertutur tentang Syaridin alias Sheikh Jangkung. Alkisah, Sheikh Jangkung lahir di Desa Landoh, Tayu, Pati. Sheikh Jangkung diperkirakan hidup semasa Sunan Muria atau Raden Umar Said menjadi penyebar agama Islam. Dia punya karomah yang disegani pada zamannya. Dia menyebarkan Islam hingga ke Sumatera. Lanjutkan membaca “Samsuri, Seniman “Kentrung” Demak”

Batik Indonesia Diharapkan Lebih Dihargai Dunia

ENY PRIHTIYANI  [ kompas.com Jumat, 11 September 2009 | 02:18 WIB ] MEDAN, Batik Indonesia yang merupakan peninggalan warisan budaya di negeri ini tidak hanya dikenal di Asia dan Eropa, tetapi diharapkan lebih dihargai di seluruh dunia.  “Batik yang memiliki nilai budaya dan sejarah tinggi itu harus tetap dipertahankan sepanjang masa,” kata Antropolog Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Dr Hj. Chalida Fachruddin, MA, di Medan, Kamis. Lanjutkan membaca “Batik Indonesia Diharapkan Lebih Dihargai Dunia”